PEMBERKASAN NOMOR INDUK PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA JABATAN FUNGSIONAL GURU TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN ANGGARAN 2021


Untuk Pemberkasan Nomor Induk Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja Jabatan Fungsional Guru Tahap II Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali Tahun Anggaran 2021 dapat diunduh di sini.


Sumber: https://bkpsdm.baliprov.go.id/2022/01/21/pemberkasan-nomor-induk-pegawai-pemerintah-dengan-perjanjian-kerja-jabatan-fungsional-guru-tahap-ii-di-lingkungan-pemerintah-provinsi-bali-tahun-anggaran-2021/ diakses 18 Agustus 2022.

HASIL SELEKSI KOMPETENSI II PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA JABATAN FUNGSIONAL GURU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN ANGGARAN 2021

 


Untuk Hasil Seleksi Kompetensi II Pegawai Pemerintahan Dengan Perjanjian Kerja Jabatan Fungsional Guru di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali Tahun Anggaran 2021 dapat di download di sini untuk lampirannya di sini.

Bagi peserta yang lulus seleksi PPPK Guru Tahap II di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali Tahun 2021 agar mengisikan data untuk memperoleh tautan aplikasi berkirim pesan yang akan dikirim melalui email yang didaftarkan dengan mengisikan form berikut : https://forms.gle/MFJn7zhT42ecEdiB6


Sumber: https://bkpsdm.baliprov.go.id/2022/01/12/hasil-seleksi-kompetensi-ii-pegawai-pemerintah-dengan-perjanjian-kerja-jabatan-fungsional-guru-di-lingkungan-pemerintah-provinsi-bali-tahun-anggaran-2021/ diakses 18 Agustus 2022.

100 PUISI TERBAIK LOMBA CIPTA PUISI 100THN CHAIRIL ANWAR

Tiap kali digelar Lomba yang penilaiannya bersifat kualitatif, seperti Lomba Cipta Puisi 100 Thn. Chairil Anwar ini, Dewan Juri yang ditunjuk panitia, selalu kerepotan menentukan karya yang dapat menjadi terbaik. Butuh kejelian, ketelitian, pertimbangan estetik yang diyakini banyak orang, serta tentu kaitan tematik yang telah digariskan oleh panitia. Hal-hal yang baru saja disebut itulah, yang akhirnya menjadi pedoman untuk menilai sebuah karya, layak disebut terbaik atau pemenang.

Panitia menggariskan, Lomba Cipta Puisi mengenang 100 Tahun Chairil Anwar ini, sejati memiliki tiga ranah yang hendak dicapai, yaitu:

1. Bahwa bangsa besar, seperti kata Bung Karno, adalah bangsa yang menghargai sejarah, tentu termasuk biografi tokoh yang terlibat di dalamnya. Tokoh Chairil Anwar, telah disepakati oleh banyak penyair di Tanah Air, adalah tokoh pembaharu estetika penulisan puisi Indonesia, bila dibandingkan dengan estetika penulisan puisi dari penyair lain yang sejaman atau sebelumnya, misalnya para penyair yang oleh kritikus sastra HB Jassin disebut sebagai generasi Pujangga (lama dan baru). Kepeloporan Chairil ini patut dikenang, dikaji, dilestarikan, dan dikembangkan, salah satunya melalui lomba.

2. Bahwa di era sosial media ini, ternyata antusias masyarakat dari berbagai kalangan profesi dan status, kini tampak subur seperti jamur di musim penghujan. Banyak di antara masyarakat itu, yang secara usia bisa disebut tidak muda lagi, namun dalam aras penciptaan puisi yang kini bagai banjir membandang itu, tampak seperti mengalami penuruan estetika penulisan puisi, bila dibandingkan terhadap estetika puisi yang telah digariskan oleh Chairil Anwar, yang dipandang sebagai salah satu ‘mailstone’ (prasasti) puisi Indonesia. Mengajak ikut Lomba ini, sekaligus mengajak para peminat puisi untuk ikut memeriksa kembali puisi-puisi gubahan Chairil, bahkan memeriksa puisi yang ditulis oleh generasi sebelum dan sesudah Chairil. Semestinya estetika puisi generasi kini, berbeda namun lebih bagus atau indah dari estetika puisi Chairil Anwar.

3. Bahwa sumbangsih Chairil dalam kepenulisan, amat banyak ragamnya, dan salah satu yang patut dihargai serta dikenang, adalah bagaimana Chairil Anwar turut meneggakkan aturan kebahasaan bahasa Indonesia. Puisi dan artikel yang ditulis Chairil, bila diperiksa secara jeli, telah menginspirasi penyusunan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yang diberlakukan pada tahun 1972 oleh Pemerintah. Tegaknya sebuah bangsa, dapat dilihat dari keajegan kebahasaannya. Kedaulatan sebuah bangsa, ditopang oleh kedaulatan bahasanya. Kita disebut Bangsa Indonesia, karena tidak menggunakan Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, atau Bahasa Daerah yang jumlahnya lebih dari 700 bahasa. Kita menjadi Bangsa Indonesia, karena menggunakan Bahasa Indonesia. Dan, Chairil hadir dengan memperkenalkan linguistik bahasa Indonesia modern, yang kemudian ditetapkan melalui ejaan.

Apologia di atas, adalah untuk memilah dan menetapkan, dari 700-an judul puisi yang masuk ke panitia, telah dipilih ‘100 Puisi Terbaik karya 100 Penulis (1 penulis 1 puisi)’, dan menetapkan ‘5 (lima) Puisi Unggulan’ dalam Lomba Cipta Puisi 100Thn. Chairil Anwar, yang diselenggarakan oleh weblog jurdik.id, dengan didukung oleh portalnusa.id, Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB), serta Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI).

Lima Puisi Unggulan

01. Arther Panter Olii, PERJALANAN KE HUTAN KENANGAN
02. Heni Hendrayani, KEPADA BUNG
03. Effendi Kadarusman, DERAI CEMARA ITU, CHAIRIL
04. Emanuel Dapa Loka, WALAU 999 TAHUN LAGI
05. Indiana Mercy, KUDA PACU

100 PUISI TERBAIK

001. Panji Irfan, “DARI TUMBANG SEPAN KE RIAM BATANG”
002. Karya Sriumsi, NYANYIAN BALADA PERAHU TUA”
003. Gading Hakim Daulay, “ROBEK MALASMU ITU”
004. Agus Sanjaya, “MENYELAMI CINTA YANG JAUH DI PULAU”
005. Tri Hastuti, “TAK SETABAH NOSTALGIA ITU”
006. Yin Ude, “ANAK-ANAK DI ATAS PENTAS”
007. Emanuel Dapa Loka, “WALAU 999 TAHUN LAGI”
008. Agus Tarjono SH, “LINGKARAN CINTA”
009. Cygalla, “MATAHARI TAK KEMBALI”
010. Afidasusanti, “DIAM”
011. I Nengah Muliarta, “MARI BICARA KESETARAAN”
012. Heni Hendrayani, “KEPADA BUNG”
013. Gizka Madania Nissa, “RINDU YANG KELABU”
014. Refdinal Muzan, “BUKU CHAIRIL DI TANGANKU”
015. Neni Hendriati, “CHAIRILKU”
016. Ika Yuni Purnama, “MEREKA YANG BERANI HIDUP”
017. Dionisius Agus Puguh Santosa, “SETELAH 100 TAHUN BERLALU”
018. Masita, “HAI, BINATANG JALANG”
019. Ahmad Asqolani, “MENANTI BINATANG JALANG”
020. Antoinette Wiranadewi, “TAK PEDULI”
021. Rattana Abiyyi Chaniago, “TAUTAN SENI”
022. Suradi Yasil, “KREDO SI PENEBAR VITALITAS”
023. Aminul Arif, “KETIKA KAU TAK KEMBALI”
024. Husin Sutanto, “IBU”
025. Tri Astoto Kodarie: “PADA KATA SESUDAH TIADA”
026. Yan Priyana, “MATA PENYAIR”
027. Adytia Nugraha, “LILIN KECIL”
028. Rafiudin, “PENGORBANAN”
029. Saeful FL, “SENJA DI PELABUHAN MANA PUN”
030. Iis Singgih, “BUNGA CAHAYA CINTA”
031. Ginanjar Rahadian, “DI BUS”
032. Ghania Nahiza Fortuna, “CHAIRIL ANWAR”
033. Indiana Mercy, “KUDA PACU”
034. Ahmad Ginanjar, “MENYELAM DI AQUASCAPE”
035. Dade Supriatin, “SAAT DUKA BINASA”
036. Eko Saptini, “PEREMPUAN SUNYI”
037. Eddy Pranata PNP, “SEBILAH PISAU BERMATA DUA”
038. Edrida Pulungan, ” BUNG CHAIRIL MEREKA MENCARI JEJAKMU PADA LEMBARAN AKSARAN BERBAIT TINDU”
039. Muhammad Firman Yusup, “TIKAM”
040. Artherpantherolli, “PERJALANAN KE HUTAN KENANGAN”
041. Gwen Julie, ” TENTANG TAMAN”
042. Berthold Sinaulan, “JALAN KEMENANGAN PUISI CHAIRIL ANWAR”
043. Mulyadi J. Amalik, “DI ATAS CORONA”
044. Andri Irawan, “FRAGMEN KEHILANGAN”
045. Tri Wulaning Purnami, “KIDUNG RINDU SANG CHAIRIL”
046. Yudi Syah Putra, “BOROBUDURr”
047. Akhmad Sekhu, “CATATAN KECIL UNTUK CHAIRIL”
048. Khristi Rachma Puspita, “AKU MENJADI HANTU”
049. Agung Gumbira, “UPORIA HENING”
050. Masya Firdaus, “BUTIRAN PADI DI TEMPAT SUNYI”
051. I Puti Gede, “MATA BUTA WAKTU”
052. Muhammad Rizky Nur Fauzan, “KEMERDEKAAN TUKANG NGOPI”
053. Ahmad Hidayat, “JAS MERAH”
054. Syamsun HF, ” AYAH, OH MAKSUDKU CHAIRIL”
055. Lidia 12, “MEMBACA JEJAK JIWA DALAM SAJAK”
056. Thomas Elisa, “SEJENAK”
057. Nur Sodikin “MERAPIKAN WAKTU”
058. Vito Prasetyo, “SUATU SORE DI KAJOETANGAN”
059. Halil Subagiono, “CHAIRIL ANWAR MILENIAL”
060. Emi Suy, “SAJAK SERIBU LUKA”
061. Nettis Indarti, “PELANGI DI BETUNDAK WONOSOBO”
062. Sri Alya, “ENGKAULAH MATAHARI ITU”
063. Fariz Fikri, “DIPERDENGARKAN”
064. H. Shobir Poer, “SI BINATANG JALANG”
065. Syifa Mufada Khairunnisyah, “KISAH MANUSIA”
066. KangYoga, “PADAMNYA LILIN CINTA”
067. Jei Sobarry Buitenzorg, “SIMFONI GEMERENTANG PEDANG”
068. Linda Solihat, “SAJAK UNTUK IBU”
069. Hegarkrisnacambara, “SIAPA YANG HARUS MENJADI JAWAB ATAS KITA?”
070. Erros Evani Hasan, “RACUN LAMA”
071. Budhi Setyawan, “PERTANYAAN UNTUK BANGSA”
072. Effendi Kadarisman, “DERAI CEMARA ITU, CHAIRIL”
073. Irka, “PERCAYALAH”
074. Jarwati Ayuna Putri, “RINTIHAN KAKU SEORANG INSAN”
075. Wiliyanti, “HUJAN”
076. Shofiyah, “KATARSIS LUKA”
077. Eti Nurhayati, “AKU DAN BUNG CHAIRIL”
078. Iis Ristiani, “ANDAIKAN INGIN”
079. Enung Martina, “PERJALANAN”
080. Edyar RM, “ANAKKU SAYANG”
081. Arip Senjaya, “tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit”
082. Tuturnona, “BATU MATI DI TANAH HIDUP”
083. Oktian Helando, “PERGI”
084. Denting Kemuning, “DERAI CEMARA YANG MENUNGGU”
085. Anto Narasoma, “SAJAK DI PERMUKAAN GAMBARMU”
086. Ratna Muda Ningrum, “ALUNAN MERDEKA”
087. Ence Sumirat, “MENANGKAP API CHAIRIL”
088. Ace Sumanta, “CHAIRIL ANWAR DALAM CATATAN”
089. Rida Nurdiani, “GERIMIS DI TENGAH KOTA”
090. Rizal De Loesie, “PEREMPUAN BERMATA SIPIT”
091. Mayek, “KAU DAN BULAN”
092. Puisi Anies Septivirawan, “SENJA, PANTAI, DAN HARI TUA”
093. Evi Heviani, “REUNI DI RELUNG HATI”
094. Asep Perdiansyah, “GORENG MINYAK”
095. Imas Utami Lokayanti, “MENGENANGMU”
096. Zen Zaini, “MABUK”
097. Ramdan Arif, “MERDEKA, DEFINISI DI SINI YA BEGINI”
098. Siti Suci Winarni, “PUISIKU”
099. Helfi Maryamul Ilfa, “PERTARUNGAN”
100. Merawati May, “BUNGA SASTRAMU”

Dewan Juri
1. Eka Budianta (Ketua) merangkap Anggota
2. Nenden Lilis, Anggota
3. Doddi Ahmad Fauji, Anggota


Sumber: https://jurdik.id/2022/08/17/100-puisi-terbaik-lomba-cipta-puisi-100thn-chairil-anwar/ diakses 18 Agustus 2022.